Terlepas dari apapun pendapat orang, gua merasa bahwa diri gua keren. Gak gak ganteng, tapi bisa dibilang manis (ngarep). Emang sih nggak semua bilang gitu,setidaknya emak gua dah mengkui secara de faccto dan de jurre bahwa gua gagah. Bahkan seandainya memungkinkan emak gua dengan senang hati akan mencantumkan predikat terakreditasi ganteng di KTP gua. NB: orang yang tidak menganggap gua manis gua anggap sebagai pernyataan orang yang kalah keren.
Dan dengan semua kekeren-nan gua yang tidak dipertanyakan lagi, hari ini gua berdiri didepan sebuah bangunan persegi ukuran 7m X 7m dengan hiasan kerlap kerlip, pita mengkilap dan ornament yang unyu banget. Hal yang paling mengerikan adalah : semua pink.
Ok gua punya dua pilihan yang menyesakkan. Masuk dan dikira sebagai cowok melambai, atau diam didepan menunggu dan dikatakan cemen sama gebetan. One way to hell, dan sebentar lagi gua nyampe disana. Aku bukan orang yang religius, tapi kalau KAU benar berada diatas sana, tolong selamatkan aku superman.
Andita, temennya temen gua yang sekarang jadi temen gua. Wajahnya manis, kulitnya putih dan rambutnya lurus panjang. Bukan dia bukan bakpao berambut. Wajahnya manis ketika tersenyum. Pahit kalau manyun.
Seperti kata temen gua kemaren, berawal dari facebook, berakhir di pelaminan. Gua khidmat mengamini. Amin. Gua kenalan ma dia berawal dari temen gua yang temennya dia juga sering baca profile gua yang masang status-status yang selalu keren. See? Gua keren.
Koment-koment-an FB, tukar ym, chating. Gua tahu namanya andita. Dia juga tahu nama gua kendil. Gua tahu no hapenya 085 713 xxx xxx. Dia juga tahu nomor hape gua 085 713 XXX XXX. Pertanyaannya, berapa nilai X? Lhoh?
Andita orang yang supple dan periang, beda ama gua yang sering galau gak jelas. Kombinasi sempurna dari wajah manis dan sifat yang sadis. Sering banget gua kalah ceng-cengan. Habis mahkota kepala gua jadi bahan cengan sama dia. Rambut gua yang yang berombak seksi, rambut gua yang ikal. Catet gua ikal, bukan kribo!!!
Mau makan inget Andita. Mau tidur inget Andita. Mau bikin SIM inget bang Jhon. Rasanya seluruh dunia isinya Andita semua. Bahkan pas mau ngasih makan Devi, kura-kura piaraan gua, gua keingat wajahnya Andita. Gua teriak “Andita, jangan makan itu, itu makanan kura-kura… JANGAN!!”. Seminggu kemudian Devi jadi pemurung karena teraniaya makan nggak kenyang.
Kembali ke bagian horror. Gua masih didepan Rumah pink bertahtahkan papan nama “Rumah Cinta”. Mampus. “Ayo…” ajaknya sambil menarik tangan gua masuk, gua kaku tak percaya seolah gua baru saja melihat nenek-nenek goyang suffle. Muka gua pucat.
“Kenapa lo?” Andita bengong melihat ekspresi aneh gua. “oh” dia manggut-manggut, “santai aja kale”.
“kalau ada yang lihat gimana?” Tanya gua. “kalau emak ma babe gua lihat gua musti jawab apa coba? APAAAA?”
Andita tertawa pelan “cemen akh”.
Anjrit, gua dikatain cemen.
“Tenang nggak bakal dikira kok…” lalu Andita melanjutkan, “kan emang udah mirip”. Dia tertawa tergelak.
“Najis,becanda lo nggak lucu… hahahaha” gua ikutan ngakak.
“Gua serius” dia semakin ngakak.
Gua gusar, Gua nangis, Gua inget mantan #kemudian galau. Entah mungkin salah gaya berdandan gua hari itu, gua disamain dengan cowok setengah jadi, sama gebetan di malam first date kami. Bukan pertanda baik.
“oke oke, kita nonton aja yuk” kata Andita kemudian. Gua sujud syukur, baca al fatihah, gua berjanji kalau ada rejeki lebih gua pengen naik haji. Amin.
Berdua kita jalan beriringan. Dikiri kanan kelihatan pasangan lain sedang begandengan tangan. Cewek dengan cowok. Cowok dengan cewek. Cewek dengan adiknya, cowok sama cowoknya. OMEGOT. Tekanan social. Disatu sisi gua pengen banget ikut trend megang tangan Andita, tapi disisi lain gua takut salah gandeng tangan Om-Om sebelahnya yang macho abis. Hiks.
Sampai di bioskop masalah lain hadir.
Film yang akan kita tonton sangat penting untuk membangun mood, mood penting karena malam ini rencana gua mau nembak. Kalau nonton film komedi, mood becandanya yang naik. Kalau nonton film romantis romansa akan tercipta. Nasib, gua berada di Indonesia ada empat studio di gedung bioskop itu dan tiga diantaranya memutar film Horno, horor tapi porno. Gua gak mau mood nembak gua keganggu sama image pocong berjemur dipantai dengan bikini polkadot.
Untunglah di studio dua memutar film anak-anak Madagascar. Bukan film romantic sih, tapi lebih baik daripada nonton film “begituan”. Film semua umur, tapi karena memang kartun jadi lebih banyak unsur komedi. You know what? Mood romansa yang gua harapkan nggak datang, gua malah jadi korban ceng-cengan Andita. Dia bilang gua mirip sama Rico, salah satu penguin di film itu yang pendek, buncit, sok pinter dan narsis. Bedanya gua kribo, Sadis.
Andita memang sadis, tapi karena dia manis jadi dimaafkan. Dia juga gak sekejam itu. Setidaknya itu yang ada dipikiran gua ketika dia nolak untuk jadi pacar gua malam itu. Malam itu dia dengan tegas menjawab “Maaf ndil…” see? Dia baik banget, nolak aja pakai maaf, “gua gak suka cowok kribo”. Jleb.
Gua ikal, bukan Kribo!!!!! Piso mana piso? T_T
===============================================================
cerita ini hanya fiktif, kesamaan karakter adalah disengaja
Regard
Grape_Strife/Clowreedt
My World, My Rules
Contact me :
grape_strife@yahoo.co.id
Follow my blog
http://www.clowreedt.blogspot.com/
cerita.nya bagus. . lanjutkan. .
BalasHapus