Sabtu, 21 Agustus 2010
Kejanggalan foto perampokan Bank CIMB Niaga Medan
Bebrapa foto diatas adalah foto perampokan Bank CIMB NIAGA Medan. Dari beberapa forum ada yang meng-upload sekitar 79 foto tentang kejadian perampokan tersebut. Sebagai orang awam saya melihat ada bebrapa kejanggalan dalam foto-foto tersebut.
Jika diperhatikan dengan seksama, foto-foto tersebut memiliki kualitas yang sangat baik. Padahal dalam kondisi darurat seperti itu (menghadapi perampok bersenjata AK-47 dan M-16), maka jarak aman agar fotografer tidak terdeteksi oleh pelaku minimal 100 meter. Saya menyebut-nya sebagai Fotografer karena kullitas foto itu sendiri. Kualitas foto yang ada adalah hasil dari kamera SLR atau DSLR (aku juga g yakin sama speknya) ditambah dengan tele-zoom, bukan dari kamera handphone ataupun kamera digital. Fotografer itu sendiri dengan tenang mengambil gambar, bahkan tidak ada tanda-tanda kepanikan misalnya gambar blur karena panic. Seolah fotografernya adalah fotografer professional.
Menjelajah lebih jauh, sampai saat ini belum ada yang mempublikasikan siapa yang mengambil foto tersebut. Dari beberapa berita nasional yang ada di TV, menyabutkan bahwa foto diambil secara kebetulan oleh seorang tukang ojek yang berada disekitar TKP, tapi tidak jelas siapa tukang ojek dan dengan kamera apa foto-foto itu diambil.
Terimakasih atas kemajuan teknologi, akhirnya kita bias mendapat penjelasan dengan kamera apa foto itu diambil.
dari raw foto tersebut kita melihat bahwa foto diambil menggunakan kamera nikon E5700, see? sampai sekarang masih menjadi misteri siapa fotografer yang meninggalkan kesan "Right man on the right place" itu. Bagaimana tidak, fotografer itu membawa kamera yang tepat disaat yang tepat dan lokasi yang tepat.
Lalu coba perhatikan foto ini
salah satu pelaku melihat langsung kearah fotografer, dan tidak melakukan apapun padanya. Sepertinya fotografer kita orang yang sangat beruntung.
Sebenarnya masih ada beberapa kejanggalan lain dari perampokan ini, misalnya :
- senjata yang digunakan
- perampoknya kompak dan terlatih (terlihat dari cara memegang senapan AK47, mungkin dah biasa maen pointblank :p )
-salah satu dari perampok menggunakan sepatu fantofel padahal lebih nyaman kalau pake sepatu kets (kek pegawai negeri aja pake sepatu fantovel)
-kendaraan yang digunakan adalah motor bebek dan matic (emangnya g ada motor yang lebih kenceng ya? atau minimal mobil SUV gitu biar tahan banting)
- bagaimana foto-foto itu tersebar di media massa (publikasi yang berlebihan untuk sebuah barang bukti)
untuk point terakhir diatas seolah perampok memberikan kesan "jangan macam-macam dengan kami. kami punya M16, AK47, FN, dan kami sangat profesional."
Senin, 16 Agustus 2010
"Merah Putih" Tidak Hanya Bermakna "Berani" dan "Suci"
Masih dalam suasana hari Kemerdekaan, tulisan kali ini mungkin bisa jadi bahan perenungan kita semua mengenai bendera pusaka kita Sang Saka Merah Putih.
Sejak Sekolah Dasar mungkin banyak dari kita yang mengartikan lambang Merah Putih adalah: Merah = berani , Putih = Suci, padahal makna yang terkandung dalam bendera kita lebih dalam dari makna tersebut.
Pernahkah kita berpikir :
* Mengapa Merah Putih dipilih sebagai Bendera, simbol dan identitas bangsa. Apa hanya warna merah dan putih?
* Mengapa posisi kedudukan Merah di atas, Putih di bawah? Mengapa tidak dibalik.
* Mengapa warna simbol merah putih bisa bertahan hingga ribuan tahun?
Berikut beberapa ulasan mengenai Merah putih yang diambil dari berbagai literatur, sejarah, tulisan dan setelah melalui perenungan yang dalam, maka saya turunkan di kolom ini...
* Menurut catatan sejarah simbol merah putih dipakai sejak jaman Kutai, Sriwijaya, Mataram Hindu, Kediri, Singasari, Majapahit dan Mataram Islam. Di Jawa lebih dikenal dengan istilah Gula Klapa (Gula jawa warna=merah, Kelapa isinya warna putih, tapi satu asal)
* Bendera merah putih dipilih oleh para pelopor kebangsaan kita melalui perenungan dan perjalanan panjang.
(Kutipan tulisan Jakob Sumardjo) :
Pada buku Prof Moh Yamin "6.000 Tahun Sang Saka Merah Putih" yang tak pernah dicetak ulang sejak 1958,diulas :
* Dijelaskan, warna merah simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan. Merah putih bermakna "zat hidup". Hanya tidak dijelaskan makna "zat hidup". Buku ini ingin membuktikan, Merah Putih sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak kedatangan mereka di kepulauan Nusantara 6.000 tahun lampau.
* Makna merah-putih tidak cukup ditelusuri dari jejak arkeologi bahwa warna merah, putih, dan hitam dapat dijumpai pada berbagai peninggalan prasejarah, candi, dan rumah adat. Artefak- artefak itu hanya ungkapan pikiran kolektif suku-suku di Indonesia. Maka, arkeologi pikiran kolektif inilah yang harus digali dan masuk otoritas antropologi-budaya atau antropologi-seni. Alam pikiran semacam itu masih dapat dijumpai di lingkungan masyarakat adat sampai sekarang.
* Warna merah, putih, hitam, kuning, dan campuran warna- warna itu banyak dijumpai pada ragam hias kain tenun, batik, gerabah, anyaman, dan olesan pada tubuh, yang menunjukkan keterbatasan penggunaan warna- warna pada bangsa Indonesia. Kaum orientalis menuduh bangsa ini buta warna di tengah alamnya yang kaya warna. Benarkah bangsa ini buta warna? Atau bangsa ini lebih rohaniah dibandingkan dengan manusia modern yang lebih duniawi dengan pemujaan aneka warna yang seolah tak terbatas?
* Alam rohani dan duniawi
Alam rohani lebih esensi, lebih sederhana,lebih tunggal. Sedangkan alam duniawi lebih eksisten, kompleks, dan plural. Bangsa Indonesia pramodern memandang hidup dari arah rohani daripada duniawi. Inilah sebabnya penggunaan simbol warna lebih sederhana ke arah tunggal. Jika disebut buta warna, berarti buta duniawi, tetapi kaya rohani.
* Berbagai perbedaan hanya dilihat esensinya pada perbedaan dasar, yakni laki-laki dan perempuan. Semua hal yang dikenal manusia hanya dapat dikategorikan dalam dualisme-antagonistik, laki-perempuan. Matahari itu lelaki, bulan perempuan. Dan puluhan ribu kategori lain.
Pemisahan "lelaki"-"perempuan" itu tidak baik karena akan impoten. Potensi atau "zat hidup" baru muncul jika pasangan-pasangan dualistik itu diharmonikan, dikawinkan, ditunggalkan. Itu sebabnya tunggalnya merah dan putih menjadi dwitunggal. Satu tetapi dua, dua tetapi tunggal. Dwitunggal merah-putih menjadi potensi, zat hidup.
* Harmoni bukan sintesis. Sintesis merah-putih adalah merah jambu. Bendera Indonesia tetap Merah Putih, dwitunggal. Dalam sintesis tidak diakui perbedaan karena yang dua lenyap menjadi satu. Bhinneka Tunggal Ika bukan berarti yang plural menjadi satu entitas. Yang plural tetap plural, hanya ditunggalkan menjadi zat hidup. Sebuah kontradiksi, paradoks, yang tidak logis menurut pikiran modern.
* Dalam pikiran modern, Anda harus memilih merah atau putih atau merah jambu. Lelaki atau perempuan atau banci. Dalam pikiran pramodern Indonesia, ketiganya diakui adanya, merah, putih, merah jambu. Merah jambu itulah Yang Tunggal, paradoks, Zat Hidup, karena Yang Tunggal itu hakikatnya Paradoks. Jika semua ini berasal dari Yang Tunggal, dan jika semua ini dualistik, Yang Tunggal mengandung kedua-duanya alias paradoks absolut yang tak terpahami manusia. Tetapi itulah Zat Hidup yang memungkinkan segalanya ini ada.
* Yang Tunggal itu metafisik, potensi, being. Yang Tunggal itu menjadikan Diri plural (becoming) dalam berbagai pasangan dualistik. Inilah pikiran monistik dan emanasi, berseberangan dengan pikiran agama-agama Samawi. Harus diingat, merah-putih telah berusia 6.000 tahun, jauh sebelum agama-agama besar memasuki kepulauan ini.
* Warna merah, putih, dan hitam ada di batu-batu prasejarah, candi, panji perang. "Putih" adalah simbol langit atau Dunia Atas, "Merah" sim- bol dunia manusia, dan "Hitam" simbol Bumi atau Dunia Bawah. Warna-warna itu simbol kosmos, warna-warna tiga dunia.
* Alam pikiran ini hanya muncul di masyarakat agraris. Obsesi mereka adalah tumbuhnya tanaman (padi, palawija) untuk keperluan hidup manusia. Tanaman baru tumbuh jika ada harmoni antara langit dan bumi, antara hujan dan tanah. Antara putih dan hitam sehingga muncul merah. Inilah yang menyebabkan masyarakat tani di Indonesia "buta warna".
* Buta warna semacam itu ada kain-kain tenun, kain batik, perisai Asmat, hiasan rumah adat. Meski dasarnya triwarna putih, merah, hitam, terjemahannya dapat beragam. Putih menjadi kuning. Hitam menjadi biru atau biru tua. Merah menjadi coklat. Itulah warna-warna Indonesia.
* Kehidupan dan kematian
Antropolog Australia, Penelope Graham, dalam penelitiannya di Flores Timur (1991) menemukan makna merah dan putih agak lain. Warna merah dan putih dihubungkan dengan darah. Ungkapan mereka, "darah tidak sama", ada darah putih dan darah merah. Darah putih manusia itu dingin dan darah merah panas. Darah putih itu zat hidup dan darah merah zat mati. Darah putih manusia mendatangkan kehidupan baru, kelahiran. Darah merah mendatangkan kematian.
* Darah putih yang tercurah dari lelaki dan perempuan menimbulkan kehidupan baru, tetapi darah merah yang tercurah dari lelaki dan perempuan berarti kematian. Makna ini cenderung mengembalikan putih untuk perempuan dan merah untuk lelaki, karena hanya kaum lelaki yang berperang. Mungkin inilah hubungan antara warna merah dan keberanian. Merah adalah berani (membela kehidupan) dan putih adalah suci karena mengandung "zat hidup".
* Mengapa merah di atas dan putih di bawah? Mengapa tidak dibalik? Bukankah merah itu alam manusia dan putih Dunia Atas? Merah itu berani (mati) dan putih itu hidup? Merah itu lelaki dan putih perempuan? Merah matahari dan putih bulan?Merah panas dan putih dingin? Artinya, langit-putih-perempuan mendukung manusia-merah-lelaki. Asal manusia itu dari langit. Akar manusia di atas. Itulah sangkan-paran, asal dan akhir kehidupan. Beringin terbalik waringin sungsang. Isi berasal dari Kosong. Imanen dari yang transenden. Merah berasal dari putih, lelaki berasal dari perempuan.
* Jelas, Merah-Putih dari pemikiran primordial Indonesia. Merah-putih itu "zat hidup", potensi, daya-daya paradoksal yang menyeimbangkan segala hal: impoten menjadi poten, tak berdaya menjadi penuh daya, tidak subur menjadi subur, kekurangan menjadi kecukupan, sakit menjadi sembuh . Merah-putih adalah harapan keselamatan. Dia adalah daya-daya sendiri, positif dan negatif menjadi tunggal.
* Siapakah yang menentukan Merah-Putih sebagai simbol Indonesia? Apakah ia muncul dari bawah sadar kolektif bangsa? Muncul secara intuisi dari kedalaman arkeotip bangsa? Kita tidak tahu, karena merah-putih diterima begitu saja sebagai syarat bangsa modern untuk memiliki tanda kebangsaannya.
Merah-Putih adalah jiwa Indonesia....
Dalam suatu kesempatan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada pertemuannya dengan mahasiswa Sastra, Monash University menyatakan bahwa : "
Bendera Merah-Putih, menurut Sultan, memiliki urutan sejarah yang panjang. Bukan hanya produk 17 Agustus 1945, melainkan produk sejak abad XII saat zaman Sriwijya di Palembang dan Singasari sampai ke zaman Mataram, yang dikenal dengan sebutan bendera "Gula Klapa". Bagi orang Jawa, lanjut Sultan, bendera Merah-Putih tak ubahnya seperti sebuah keris, yang merupakan personifikasi atas diri pemiliknya. Untuk itu kemudian muncul kepercayaan, bendera Merah-Putih tidak boleh diletakkan di tanah. "Meskipun sebetulnya tidak apa-apa, tapi orang Jawa jelas tidak akan melakukan itu. Apalagi kalau Merah-Putih dibakar," ujarnya.
Sedangkan dalam masyarakat Jawa pada acara Slametan, Tumpengan dan hajatan khusus, ada sajian Bubur Sengkala (Bubur ketan Merah - Putih ) terdiri : Bubur Putih, Bubur Merah, Bubur Putih di tengahnya Merah, Bubur Merah di tengahnya Putih. Mengandung Filosofi: sama seperti diutarakan di atas, Putih artinya asal kehidupan, yakni sebelum manusia lahir berasal dari Sana, Kemudian ada Dunia/Bumi (merah) tempat manusia lahir, melalui pertemuan "Bapak" dan "Ibu" kita ada ,simbolnya Putih yang dalamnya Merah (waktu Ibu mengandung ada titik merah/janin kita, kemudian ketika kita lahir jadi manusia didalam kita ada roh suci, disimbolkan : Merah dalamnya Putih.
Jika di Tiongkok telah dikenal symbol YIN YANG sejak ribuan tahun silam , yang artinya kurang lebih mirip dengan Merah Putih, maka bangsa kita juga mempunyai simbol Merah Putih, artinya bangsa Indonesia mempunyai pandangan holistik, tentang Makrokosmos dan Microkosmos Kehidupan yang sangat religius yang sangat nyata ditulis oleh Alam .
Maka memahami Merah putih, berarti memahami makna filosofis yang dalam mengenai Makna Kehidupan yang menjadi Simbol, Spirit, Jiwa bangsa Indonesia.
copas dari Jam Session
Sejak Sekolah Dasar mungkin banyak dari kita yang mengartikan lambang Merah Putih adalah: Merah = berani , Putih = Suci, padahal makna yang terkandung dalam bendera kita lebih dalam dari makna tersebut.
Pernahkah kita berpikir :
* Mengapa Merah Putih dipilih sebagai Bendera, simbol dan identitas bangsa. Apa hanya warna merah dan putih?
* Mengapa posisi kedudukan Merah di atas, Putih di bawah? Mengapa tidak dibalik.
* Mengapa warna simbol merah putih bisa bertahan hingga ribuan tahun?
Berikut beberapa ulasan mengenai Merah putih yang diambil dari berbagai literatur, sejarah, tulisan dan setelah melalui perenungan yang dalam, maka saya turunkan di kolom ini...
* Menurut catatan sejarah simbol merah putih dipakai sejak jaman Kutai, Sriwijaya, Mataram Hindu, Kediri, Singasari, Majapahit dan Mataram Islam. Di Jawa lebih dikenal dengan istilah Gula Klapa (Gula jawa warna=merah, Kelapa isinya warna putih, tapi satu asal)
* Bendera merah putih dipilih oleh para pelopor kebangsaan kita melalui perenungan dan perjalanan panjang.
(Kutipan tulisan Jakob Sumardjo) :
Pada buku Prof Moh Yamin "6.000 Tahun Sang Saka Merah Putih" yang tak pernah dicetak ulang sejak 1958,diulas :
* Dijelaskan, warna merah simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan. Merah putih bermakna "zat hidup". Hanya tidak dijelaskan makna "zat hidup". Buku ini ingin membuktikan, Merah Putih sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak kedatangan mereka di kepulauan Nusantara 6.000 tahun lampau.
* Makna merah-putih tidak cukup ditelusuri dari jejak arkeologi bahwa warna merah, putih, dan hitam dapat dijumpai pada berbagai peninggalan prasejarah, candi, dan rumah adat. Artefak- artefak itu hanya ungkapan pikiran kolektif suku-suku di Indonesia. Maka, arkeologi pikiran kolektif inilah yang harus digali dan masuk otoritas antropologi-budaya atau antropologi-seni. Alam pikiran semacam itu masih dapat dijumpai di lingkungan masyarakat adat sampai sekarang.
* Warna merah, putih, hitam, kuning, dan campuran warna- warna itu banyak dijumpai pada ragam hias kain tenun, batik, gerabah, anyaman, dan olesan pada tubuh, yang menunjukkan keterbatasan penggunaan warna- warna pada bangsa Indonesia. Kaum orientalis menuduh bangsa ini buta warna di tengah alamnya yang kaya warna. Benarkah bangsa ini buta warna? Atau bangsa ini lebih rohaniah dibandingkan dengan manusia modern yang lebih duniawi dengan pemujaan aneka warna yang seolah tak terbatas?
* Alam rohani dan duniawi
Alam rohani lebih esensi, lebih sederhana,lebih tunggal. Sedangkan alam duniawi lebih eksisten, kompleks, dan plural. Bangsa Indonesia pramodern memandang hidup dari arah rohani daripada duniawi. Inilah sebabnya penggunaan simbol warna lebih sederhana ke arah tunggal. Jika disebut buta warna, berarti buta duniawi, tetapi kaya rohani.
* Berbagai perbedaan hanya dilihat esensinya pada perbedaan dasar, yakni laki-laki dan perempuan. Semua hal yang dikenal manusia hanya dapat dikategorikan dalam dualisme-antagonistik, laki-perempuan. Matahari itu lelaki, bulan perempuan. Dan puluhan ribu kategori lain.
Pemisahan "lelaki"-"perempuan" itu tidak baik karena akan impoten. Potensi atau "zat hidup" baru muncul jika pasangan-pasangan dualistik itu diharmonikan, dikawinkan, ditunggalkan. Itu sebabnya tunggalnya merah dan putih menjadi dwitunggal. Satu tetapi dua, dua tetapi tunggal. Dwitunggal merah-putih menjadi potensi, zat hidup.
* Harmoni bukan sintesis. Sintesis merah-putih adalah merah jambu. Bendera Indonesia tetap Merah Putih, dwitunggal. Dalam sintesis tidak diakui perbedaan karena yang dua lenyap menjadi satu. Bhinneka Tunggal Ika bukan berarti yang plural menjadi satu entitas. Yang plural tetap plural, hanya ditunggalkan menjadi zat hidup. Sebuah kontradiksi, paradoks, yang tidak logis menurut pikiran modern.
* Dalam pikiran modern, Anda harus memilih merah atau putih atau merah jambu. Lelaki atau perempuan atau banci. Dalam pikiran pramodern Indonesia, ketiganya diakui adanya, merah, putih, merah jambu. Merah jambu itulah Yang Tunggal, paradoks, Zat Hidup, karena Yang Tunggal itu hakikatnya Paradoks. Jika semua ini berasal dari Yang Tunggal, dan jika semua ini dualistik, Yang Tunggal mengandung kedua-duanya alias paradoks absolut yang tak terpahami manusia. Tetapi itulah Zat Hidup yang memungkinkan segalanya ini ada.
* Yang Tunggal itu metafisik, potensi, being. Yang Tunggal itu menjadikan Diri plural (becoming) dalam berbagai pasangan dualistik. Inilah pikiran monistik dan emanasi, berseberangan dengan pikiran agama-agama Samawi. Harus diingat, merah-putih telah berusia 6.000 tahun, jauh sebelum agama-agama besar memasuki kepulauan ini.
* Warna merah, putih, dan hitam ada di batu-batu prasejarah, candi, panji perang. "Putih" adalah simbol langit atau Dunia Atas, "Merah" sim- bol dunia manusia, dan "Hitam" simbol Bumi atau Dunia Bawah. Warna-warna itu simbol kosmos, warna-warna tiga dunia.
* Alam pikiran ini hanya muncul di masyarakat agraris. Obsesi mereka adalah tumbuhnya tanaman (padi, palawija) untuk keperluan hidup manusia. Tanaman baru tumbuh jika ada harmoni antara langit dan bumi, antara hujan dan tanah. Antara putih dan hitam sehingga muncul merah. Inilah yang menyebabkan masyarakat tani di Indonesia "buta warna".
* Buta warna semacam itu ada kain-kain tenun, kain batik, perisai Asmat, hiasan rumah adat. Meski dasarnya triwarna putih, merah, hitam, terjemahannya dapat beragam. Putih menjadi kuning. Hitam menjadi biru atau biru tua. Merah menjadi coklat. Itulah warna-warna Indonesia.
* Kehidupan dan kematian
Antropolog Australia, Penelope Graham, dalam penelitiannya di Flores Timur (1991) menemukan makna merah dan putih agak lain. Warna merah dan putih dihubungkan dengan darah. Ungkapan mereka, "darah tidak sama", ada darah putih dan darah merah. Darah putih manusia itu dingin dan darah merah panas. Darah putih itu zat hidup dan darah merah zat mati. Darah putih manusia mendatangkan kehidupan baru, kelahiran. Darah merah mendatangkan kematian.
* Darah putih yang tercurah dari lelaki dan perempuan menimbulkan kehidupan baru, tetapi darah merah yang tercurah dari lelaki dan perempuan berarti kematian. Makna ini cenderung mengembalikan putih untuk perempuan dan merah untuk lelaki, karena hanya kaum lelaki yang berperang. Mungkin inilah hubungan antara warna merah dan keberanian. Merah adalah berani (membela kehidupan) dan putih adalah suci karena mengandung "zat hidup".
* Mengapa merah di atas dan putih di bawah? Mengapa tidak dibalik? Bukankah merah itu alam manusia dan putih Dunia Atas? Merah itu berani (mati) dan putih itu hidup? Merah itu lelaki dan putih perempuan? Merah matahari dan putih bulan?Merah panas dan putih dingin? Artinya, langit-putih-perempuan mendukung manusia-merah-lelaki. Asal manusia itu dari langit. Akar manusia di atas. Itulah sangkan-paran, asal dan akhir kehidupan. Beringin terbalik waringin sungsang. Isi berasal dari Kosong. Imanen dari yang transenden. Merah berasal dari putih, lelaki berasal dari perempuan.
* Jelas, Merah-Putih dari pemikiran primordial Indonesia. Merah-putih itu "zat hidup", potensi, daya-daya paradoksal yang menyeimbangkan segala hal: impoten menjadi poten, tak berdaya menjadi penuh daya, tidak subur menjadi subur, kekurangan menjadi kecukupan, sakit menjadi sembuh . Merah-putih adalah harapan keselamatan. Dia adalah daya-daya sendiri, positif dan negatif menjadi tunggal.
* Siapakah yang menentukan Merah-Putih sebagai simbol Indonesia? Apakah ia muncul dari bawah sadar kolektif bangsa? Muncul secara intuisi dari kedalaman arkeotip bangsa? Kita tidak tahu, karena merah-putih diterima begitu saja sebagai syarat bangsa modern untuk memiliki tanda kebangsaannya.
Merah-Putih adalah jiwa Indonesia....
Dalam suatu kesempatan Sri Sultan Hamengkubuwono X pada pertemuannya dengan mahasiswa Sastra, Monash University menyatakan bahwa : "
Bendera Merah-Putih, menurut Sultan, memiliki urutan sejarah yang panjang. Bukan hanya produk 17 Agustus 1945, melainkan produk sejak abad XII saat zaman Sriwijya di Palembang dan Singasari sampai ke zaman Mataram, yang dikenal dengan sebutan bendera "Gula Klapa". Bagi orang Jawa, lanjut Sultan, bendera Merah-Putih tak ubahnya seperti sebuah keris, yang merupakan personifikasi atas diri pemiliknya. Untuk itu kemudian muncul kepercayaan, bendera Merah-Putih tidak boleh diletakkan di tanah. "Meskipun sebetulnya tidak apa-apa, tapi orang Jawa jelas tidak akan melakukan itu. Apalagi kalau Merah-Putih dibakar," ujarnya.
Sedangkan dalam masyarakat Jawa pada acara Slametan, Tumpengan dan hajatan khusus, ada sajian Bubur Sengkala (Bubur ketan Merah - Putih ) terdiri : Bubur Putih, Bubur Merah, Bubur Putih di tengahnya Merah, Bubur Merah di tengahnya Putih. Mengandung Filosofi: sama seperti diutarakan di atas, Putih artinya asal kehidupan, yakni sebelum manusia lahir berasal dari Sana, Kemudian ada Dunia/Bumi (merah) tempat manusia lahir, melalui pertemuan "Bapak" dan "Ibu" kita ada ,simbolnya Putih yang dalamnya Merah (waktu Ibu mengandung ada titik merah/janin kita, kemudian ketika kita lahir jadi manusia didalam kita ada roh suci, disimbolkan : Merah dalamnya Putih.
Jika di Tiongkok telah dikenal symbol YIN YANG sejak ribuan tahun silam , yang artinya kurang lebih mirip dengan Merah Putih, maka bangsa kita juga mempunyai simbol Merah Putih, artinya bangsa Indonesia mempunyai pandangan holistik, tentang Makrokosmos dan Microkosmos Kehidupan yang sangat religius yang sangat nyata ditulis oleh Alam .
Maka memahami Merah putih, berarti memahami makna filosofis yang dalam mengenai Makna Kehidupan yang menjadi Simbol, Spirit, Jiwa bangsa Indonesia.
copas dari Jam Session
Langganan:
Postingan (Atom)